Mengapa
Tabungan Pensiun Penting?
Bagi Gen Z dan milenial, rasanya sulit sekali menyisihkan uang
untuk tabungan pensiun. Pilihan lain yang sifatnya lebih 'mendesak' sering jadi
dilema. Antara membeli kebutuhan makan, tagihan kesehatan, listrik dan wifi, bensin
kendaraan pribadi, biaya sewa rumah, dan tanggungan-tangungan lain tidak bisa
dijabarkan satu per satu sering sekali jadi faktor penghalang mengapa usia
produktif susah menyisihkan pendapatannya untuk tabungan pensiun. Di bawah ini merupakan manfaat dan
alasan mengapa mempersiapkan tabungan pensiun merupakan hal yang krusial bagi
kita Gen Z & milenial, antara lain:
· Meringankan Biaya Pengobatan
Masuk pada masa lanjut usia (lansia),
kesehatan adalah masalah utama yang akan saya, kamu, dan kita hadapi nantinya. Kita semua tidak bisa menghindari fase ini. Menurunnya fungsi-fungsi metabolisme dan organ tubuh seiring berjalannya waktu menjadi
faktor nomor satu mengapa masa lansia merupakan masa dimana kita menjadi rentan sakit. Tabungan pensiun
diharapkan dapat menjadi solusi untuk meringankan biaya berobat. Perlu untuk
diingat, terkadang tidak semua tanggungan biaya pengobatan kita mampu
ditanggung oleh BPJS. Maka dari sinilah kemudian tabungan pensiun diperlukan
untuk menutupi tanggungan-tanggungan biaya tersebut.
· Mempersiapkan Biaya Kebutuhan yang
Mungkin Meningkat di Masa Pensiun
Ketika angka harapan
hidup seseorang meningkat, konsekuensinya adalah kebutuhan di masa tua secara
linear juga ikut meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan
bahwa dalam kurun 10 tahun terakhir usia harapan hidup Indonesia mengalami
peningkatan, yakni dari 70 tahun pada tahun 2011 meningkat menjadi 73 tahun pada
tahun 2021. Menyadari beberapa konsekuensi yang timbul nantinya di masa tua
ketika sudah tidak lagi bekerja, maka mempersiapkan tabungan pensiun sedini
mungkin adalah solusi terbaik. · Orang Lansia Kerap Kali Hidup
Terlantar
Risiko yang akan
dihadapi dan tak dapat kita hindari ketika kita masuk memasuki masa lansia
adalah kita akan punya peluang untuk hidup terlantar. Disadari atau tidak,
ketika anak kita sudah mulai sibuk bekerja di usia produktif dan menafkahi
keluarga kecil mereka, kehadiran kita sebagai orang tua bisa jadi bukan
prioritas utama untuk dinafkahi oleh anak kita sendiri. Apalagi bila anak kita
nanti bekerja jauh dari kita dan komunikasi dengan mereka sudah tidak
seintensif dulu seperti waktu tinggal serumah, maka kenyataan yang harus dihadapi adalah hidup sendiri bersama suami/istri kita nanti. Di masa-masa
seperti ini, tersedianya biaya hidup secara mandiri sangat diperlukan agar
menjamin kita sebagai lansia tidak hidup terlantar. Walaupun di satu sisi
kesejahteraan lansia dijamin oleh Pemerintah melalui Undang-Undang (UU Nomor 13Tahun 1998), kita juga tidak bisa terus menerus menggantungkan sisa nasib hidup dengan Pemerintah, setiap dari kita pasti sangat mendambakan kualitas
hidup yang lebih baik di sisa umur yang kita miliki.
· Solusi Sandwich Generation
Sejak diperkenalkan istilahnya oleh
Dorothy Miller pada tahun 1981, generasi sandwich sebenarnya secara
tidak disadari telah menjadi bagian dari budaya kehidupan masyarakat kita.
Istilah ini sangat lekat kaitannya dengan kondisi Gen Z & milenial
Indonesia saat ini. Istilah sandwich ini menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengacu pada
meningkatnya beban tanggungan finansial generasi dewasa yang dalam hal ini dapat kita
simplifikasi rentang usianya adalah untuk Gen Z & milenial. Generasi
sandwich selalu tercipta dan terulang dari generasi ke generasi. Penjelasan
lebih sederhana yang dapat menjelaskan mengenai penyebab utama timbulnya fenomena ini adalah karena penduduk lansia tidak cukup mandiri
mengatasi kebutuhan finansialnya sehingga sangat bergantung pada pembiayaan
oleh anak dan cucu mereka. Mereka yang masuk pada usia produktif untuk
berpenghasilan harus juga memikul beban finansial orang tua di samping beban
finansial pasangan suami/istri dan juga anak dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat
dengan adanya tabungan pensiun sudah barang tentu menjadi penyelamat Gen Z &
milenial atas beban berat finansial yang harus mereka tanggung. Kesadaran
masyarakat akan pentingnya merencanakan tabungan pensiun diharapkan juga dapat
memutus 'lingkaran setan' generasi sandwich yang telah berlangsung di
mayoritas penduduk Indonesia.
Gen Z &
Milenial Adalah Generasi yang Gagal Dalam Urusan Menabung
Kekhawatiran
akan tidak mampunya generasi saat ini dalam hal menabung atau menambah kekayaan
yang akan dijadikan sebagai modal untuk tabungan pensiun ternyata tidak cuma
dirasakan oleh Gen Z & milenial Indonesia saja. Salah satu lembaga
konsultasi dan penasihat keuangan Internasional Deloitte
Global 2022 Gen Z & Millennial Survey mengamati
lebih dari 23.000 Gen Z
& milenial secara internasional, dan menemukan bahwa
hampir setengah dari mereka menjalani hidup setiap harinya dari gaji
ke gaji (paycheck to
paycheck).
Terikatnya
masyarakat produktif pada kewajiban memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah
disebutkan pada penjelasan awal artikel inilah yang kadang membuat generasi muda
sekarang merasa seperti tertinggal dari generasi-generasi sebelumnya dalam
urusan tabungan pensiun. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh sebuah studi yang dilakukan oleh Center for Retirement Research di Boston College pada tahun
2021 yang berjudul “Millennials’ Readiness For Retirement”. Dalam studi
penelitian tersebut mereka menemukan bahwa orang berusia
28 hingga 38 tahun di generasi sebelumnya telah berhasil membangun setidaknya lebih sedikit
kekayaan daripada
generasi pada usia yang sama untuk saat ini sebagai modal untuk tabungan
pensiun.
Tips
Mempersiapkan Tabungan Pensiun
Mempersiapkan
tabungan pensiun lebih baik dilakukan sedini mungkin. Mempersiapkan tabungan
pensiun juga artinya kita harus mulai memikirkan bagaimana cara mengelola
pendapatan yang kita miliki kemudian menyisihkannya, sembari mempertimbangkan
secara tepat kebutuhan penting lainnya. Berikut merupakan tips yang efektif
untuk mempersiapkan tabungan pensiun bagi Gen Z & milenial:
1. Buat Skala Prioritas yang Tepat
Usia
produktif bukan hanya tentang bagaimana menghasilkan uang melalui pekerjaan
yang kita lakukan, melainkan juga tentang bagaimana kita dapat membuat skala
prioritas akan kebutuhan yang harus kita penuhi secara tepat. Mari kita
evaluasi kembali baik-baik, jangan-jangan kebutuhan mingguan/bulanan yang
selama ini kita anggap mendesak justru malah tidak terlalu mendesak, atau
jangan-jangan selama ini secara tidak sadar kita sering menghabiskan uang pada
hal-hal yang tidak perlu.
Alih-alih
memberi alasan healing, self reward, dan semacamnya pada diri
sendiri, Gen Z & milenial malah terjebak
pada perilaku konsumtif dan gaya hidup yang hedonisme. Kebiasaan buruk semacam
itu harus dihindari bila kita memang berkomitmen ingin mempersiapkan tabungan
pensiun. Pergunakanlah uang pendapatan yang kita miliki sekarang untuk membeli
dan membayar kebutuhan yang 'benar-benar relevan'. Pastikan bahwa yang jadi
prioritas disini adalah kebutuhan yang sifatnya mampu menunjang aktivitas kita
sehari-hari, dapat mendukung kenaikan jabatan pekerjaan kita, dan kebutuhan
yang sifatnya memang darurat. Kurangi belanja kebutuhan yang dirasa tidak perlu!
Hal lain
yang perlu diperhatikan dalam penentuan skala prioritas untuk persiapan
tabungan pensiun adalah sebisa mungkin jaga diri kita dari hutang, cicilan
kredit, pinjaman online, paylater, ataupun skema serupa lainnya. Berdasarkan
dari sekian banyaknya studi yang mempelajari tentang dampak psikologi dari
perilaku berhutang, dua diantaranya yang saya baca adalah studi yang dilakukan oleh
Howard Meltzer dkk pada tahun 2012 yang berjudul “The relationship between
personal debt and specific common mental disorders” dan Stephen E. G. Lea dkk
pada tahun 1995 yang berjudul “Psychological factors in consumer debt: Money
management, economic socialization, and credit use”. Pada intinya
penjelasan dari dua penelitian yang berbeda tersebut sama, yaitu ketika kita tidak
mampu menahan diri dan tidak pintar mengelola uang dengan baik, perilaku
berhutang yang kita lakukan dapat menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan
sosial bermasyarakat. Bahkan perilaku jenis ini dapat menimbulkan risiko
gangguan kejiwaan yang dapat berpengaruh pada kesehatan pola berpikir. Maka
dari itu sebagai Nasabah Bijak dan bagian dari Penyuluh Digital, mari kita
berusaha untuk menahan diri terhadap hasrat memiliki barang ini dan itu. Faktor
kuat yang melatarbelakangi kenapa Gen Z & milenial kerap gagal dalam mempersiapkan
tabungan pensiun salah satunya adalah karena sering berkutatnya mereka
pada permasalahan hutang untuk melunasi cicilan kredit dan skema pinjaman
online yang menjanjikan cara instan.
2. Komitmen & Konsisten
Setelah
membuat skala prioritas, langkah selanjutnya adalah tetapkan waktu untuk kapan
memulainya. Kalau bisa sedini mungkin. Semakin lama jangka waktu yang kita
punya untuk menabung di usia produktif, secara otomatis kita juga akan
mempunyai jumlah tabungan pensiun yang lebih banyak. Mulailah dengan
menyisihkan sebagian hasil pendapatan kerja kita sambil melakukan proyeksi pada target usia berapa kita akan pensiun nantinya, sehingga berapa lama waktu
yang akan kita gunakan untuk menabung akan diperoleh.
Seperti
bunyi peribahasa terkenal yang sering kita dengar: “bersakit-sakit dahulu,
berenang-renang ke tepian”. Peribahasa tersebut nampaknya cocok untuk
mendeskripsikan perjuangan kita dalam mempersiapkan tabungan pensiun. Apalagi
dengan pendapatan yang pas-pasan. Walaupun begitu, pendapatan pas-pasan bukan berarti menjadi alasan untuk tidak menabung. Agar memudahkan untuk mulai menabung, bank
konvesional seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) dapat menjadi sarana referensi
rekan-rekan untuk merencanakan tabungan pensiun. Kemudahan merencanakan
tabungan pensiun di BRI sekarang telah didukung oleh program bank bernama DPLK.
Program DPLK merupakan kependekan dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Program
ini sangat berguna untuk memfasilitasi kita mempersiapkan tabungan
pensiun. Program ini menawarkan cukup banyak kelebihan,
diantaranya adalah: aman, akses luas, investasinya beragam & prudent, return
yang optimal, pengelolaannya modern, biaya rendah, dan yang terpenting adalah transparan
dan berpengalaman. Transparan dan berpengalaman disini sudah pasti menjamin
uang kita aman untuk disimpan. Supaya keamanan tabungan pensiun kita terjamin dua
kali lipat, sebagai Nasabah Bijak, kita juga harus selalu up to date
terhadap modus penipuan dan pencurian data nasabah oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab. Waspadai selalu gerak-gerik oknum yang mengatasnamakan
BRI pada via chat ataupun telepon. Usahakan tidak memberikan data-data perbankan kita yang sifatnya pribadi pada seseorang sekalipun itu pada petugas
bank. Proteksi data perbankan sedini mungkin juga sama pentingnya dengan
mempersiapkan tabungan pensiun sedini mungkin. Dengan begitu data perbankan pribadi kita aman,
menabung pensiun pun nyaman.
 |
Sumber: Dok. BRI |
Setelah
kita mulai untuk menabung, niatkan untuk konsisten dan penuh komitmen! Sekilas
hal ini gampang untuk dikatakan, namun secara konkret ini susah untuk
dilakukan. Terkadang bagi Gen Z & milenial yang berpedapatan
pas-pasan yaitu relatif pada angka 3 ‒ 5 jutaan/bulan, ini menjadi sebuah ujian besar
bagi kita. Bila tidak sanggup untuk mulai menabung dalam jumlah yang lebih
besar, mulailah dari nominal yang lebih kecil. Bila nominal kecil tersebut bisa
ditingkatkan tentunya itu jauh lebih bagus. Buatlah komitmen pada diri sendiri bahwa tabungan
tersebut harus benar-benar direalisasikan untuk masa pensiun. Ubah mindset
bahwa tabungan pensiun adalah beban! Jadikan tabungan pensiun ini sebagai
bagian dari misi mulia untuk mensejahterakan diri kita di akhir masa tua nanti.
Sesungguhnya kalau kita konsisten dan komitmen, niscaya manfaat luar biasa akan kita
peroleh.
Contoh:
Misalnya saat ini usia saya adalah 22 tahun. Aktivitas utama saya sekarang
adalah berkuliah. Saya menaruh target bahwa dua tahun lagi di umur 24 tahun saya
harus lulus kuliah, dan di umur yang sama saya targetkan juga untuk segera
mendapatkan pekerjaan. Dalam kasus ini saya berencana pensiun di umur 73 tahun.
Artinya bila kita kurangkan 73 – 24 = 49. Waktu mempersiapkan
tabungan pensiun yang saya miliki adalah 49 tahun. Bila karir pekerjaan saya
jalani dengan baik bersama niat menabung yang konsisten, maka diasumsikan bahwa gaji
yang akan saya peroleh bersamaan dengan kenaikan jabatan kerja saya selama 49 tahun rata-ratanya
adalah Rp7.500.000/bulan. Berdasarkan besaran rata-rata gaji tersebut saya ambil
kira-kira 10% untuk tabungan hari tua atau pensiun. Estimasi jumlah tabungan
pensiun yang akan saya miliki di usia 73 tahun nanti adalah sebesar:
Rp7.500.000
× 10% × 12 bulan × 49 tahun = Rp441.000.000
Perlu
diingat bahwa contoh perhitungan di atas bukanlah acuan! disini saya hanya menyediakan
perhitungan sederhana mengenai estimasi jumlah tabungan yang bisa diperoleh bila kita komitmen dan konsisten menabung perbulannya untuk tabungan pensiun. Implementasinya seperti apa dikembalikan
lagi pada kondisi rekan-rekan sekalian.
3. Menaikkan Target Pendapatan dan
Mulai Berinvestasi
Apabila di
tengah jalan kita merasa bahwa pendapatan yang kita sisihkan masih kurang cukup
untuk tabungan pensiun, solusinya adalah menaikkan target pendapatan. Ketika
gaji pekerjaan yang kita peroleh selama ini dinilai terlalu kecil untuk bisa
dialokasikan kepada biaya hidup sehari-hari dan tabungan pensiun, kita dapat
memilih opsi untuk memilih tempat kerja baru dengan standar gaji yang lebih
baik dari sebelumnya. Bila tidak mampu pindah ke tempat kerja yang baru, opsi lain
yang ditawarkan adalah membuka usaha sampingan yang dapat dijalani sendiri atau bersama keluarga di rumah yang sekiranya tidak mengganggu waktu pekerjaan utama kita.
Pendapatan yang meningkat tentunya akan memberi harapan kepada kita untuk tetap survive
dan mempersiapkan tabungan pensiun.
Menaikkan
target pendapatan juga dapat dilakukan secara passive dengan berinvestasi.
Kita juga dapat memilih beberapa instrumen investasi untuk
menambah pendapatan demi tabungan pensiun. Kemajuan teknologi informasi seperti sekarang telah mendorong pada penyediaan fasilitas kegiatan investasi yang makin mudah melalui platform-platform
yang dapat diinstal melalui gadget. Preferensi instrumen-instrumen investasi yang dapat
kita pilih antara lain adalah seperti saham, reksadana, deposito, logam mulia, atau
obligasi. Terbaru selain dari kelima intrumen tersebut adalah investasi aset
crypto. Jenis investasi aset crypto juga sekarang sedang gencar diganderungi
oleh Gen Z & milenial untuk memaksimalkan pendapatan yang diperoleh. Semua
jenis instrumen investasi menjajikan keuntungan, tinggal bagaimana cara pengambilan keputusan kita memaksimalkan sumber daya yang ada. Pastikan bahwa asal semua risiko dan konsekuensi
yang akan diperoleh telah kita pahami sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar