Gen Z Dan Milenial ‒ Apa Kabar Tabungan Pensiunmu?

Oleh: Agus Abdul Rahmat Fadila

Sumber: freepik.com

Mengapa Tabungan Pensiun Penting?

Bagi Gen Z dan milenial, rasanya sulit sekali menyisihkan uang untuk tabungan pensiun. Pilihan lain yang sifatnya lebih 'mendesak' sering jadi dilema. Antara membeli kebutuhan makan, tagihan kesehatan, listrik dan wifi, bensin kendaraan pribadi, biaya sewa rumah, dan tanggungan-tangungan lain tidak bisa dijabarkan satu per satu sering sekali jadi faktor penghalang mengapa usia produktif susah menyisihkan pendapatannya untuk tabungan pensiun. Di bawah ini merupakan manfaat dan alasan mengapa mempersiapkan tabungan pensiun merupakan hal yang krusial bagi kita Gen Z & milenial, antara lain:

·  Meringankan Biaya Pengobatan

Sumber: freepik.com
Masuk pada masa lanjut usia (lansia), kesehatan adalah masalah utama yang akan saya, kamu, dan kita hadapi nantinya. Kita semua tidak bisa menghindari fase ini. Menurunnya fungsi-fungsi metabolisme dan organ tubuh seiring berjalannya waktu menjadi faktor nomor satu mengapa masa lansia merupakan masa dimana kita menjadi rentan sakit. Tabungan pensiun diharapkan dapat menjadi solusi untuk meringankan biaya berobat. Perlu untuk diingat, terkadang tidak semua tanggungan biaya pengobatan kita mampu ditanggung oleh BPJS. Maka dari sinilah kemudian tabungan pensiun diperlukan untuk menutupi tanggungan-tanggungan biaya tersebut.

·  Mempersiapkan Biaya Kebutuhan yang Mungkin Meningkat di Masa Pensiun

Ketika angka harapan hidup seseorang meningkat, konsekuensinya adalah kebutuhan di masa tua secara linear juga ikut meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa dalam kurun 10 tahun terakhir usia harapan hidup Indonesia mengalami peningkatan, yakni dari 70 tahun pada tahun 2011 meningkat menjadi 73 tahun pada tahun 2021. Menyadari beberapa konsekuensi yang timbul nantinya di masa tua ketika sudah tidak lagi bekerja, maka mempersiapkan tabungan pensiun sedini mungkin adalah solusi terbaik.

Sumber: freepik.com

·  Orang Lansia Kerap Kali Hidup Terlantar

Risiko yang akan dihadapi dan tak dapat kita hindari ketika kita masuk memasuki masa lansia adalah kita akan punya peluang untuk hidup terlantar. Disadari atau tidak, ketika anak kita sudah mulai sibuk bekerja di usia produktif dan menafkahi keluarga kecil mereka, kehadiran kita sebagai orang tua bisa jadi bukan prioritas utama untuk dinafkahi oleh anak kita sendiri. Apalagi bila anak kita nanti bekerja jauh dari kita dan komunikasi dengan mereka sudah tidak seintensif dulu seperti waktu tinggal serumah, maka kenyataan yang harus dihadapi adalah hidup sendiri bersama suami/istri kita nanti. Di masa-masa seperti ini, tersedianya biaya hidup secara mandiri sangat diperlukan agar menjamin kita sebagai lansia tidak hidup terlantar. Walaupun di satu sisi kesejahteraan lansia dijamin oleh Pemerintah melalui Undang-Undang (UU Nomor 13Tahun 1998), kita juga tidak bisa terus menerus menggantungkan sisa nasib hidup dengan Pemerintah, setiap dari kita pasti sangat mendambakan kualitas hidup yang lebih baik di sisa umur yang kita miliki.

·  Solusi Sandwich Generation

    Sejak diperkenalkan istilahnya oleh Dorothy Miller pada tahun 1981, generasi sandwich sebenarnya secara tidak disadari telah menjadi bagian dari budaya kehidupan masyarakat kita. Istilah ini sangat lekat kaitannya dengan kondisi Gen Z & milenial Indonesia saat ini. Istilah sandwich ini menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengacu pada meningkatnya beban tanggungan finansial generasi dewasa yang dalam hal ini dapat kita simplifikasi rentang usianya adalah untuk Gen Z & milenial. Generasi sandwich selalu tercipta dan terulang dari generasi ke generasi. Penjelasan lebih sederhana yang dapat menjelaskan mengenai penyebab utama timbulnya fenomena ini adalah karena penduduk lansia tidak cukup mandiri mengatasi kebutuhan finansialnya sehingga sangat bergantung pada pembiayaan oleh anak dan cucu mereka. Mereka yang masuk pada usia produktif untuk berpenghasilan harus juga memikul beban finansial orang tua di samping beban finansial pasangan suami/istri dan juga anak dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat dengan adanya tabungan pensiun sudah barang tentu menjadi penyelamat Gen Z & milenial atas beban berat finansial yang harus mereka tanggung. Kesadaran masyarakat akan pentingnya merencanakan tabungan pensiun diharapkan juga dapat memutus 'lingkaran setan' generasi sandwich yang telah berlangsung di mayoritas penduduk Indonesia.

Gen Z & Milenial Adalah Generasi yang Gagal Dalam Urusan Menabung

Kekhawatiran akan tidak mampunya generasi saat ini dalam hal menabung atau menambah kekayaan yang akan dijadikan sebagai modal untuk tabungan pensiun ternyata tidak cuma dirasakan oleh Gen Z & milenial Indonesia saja. Salah satu lembaga konsultasi dan penasihat keuangan Internasional Deloitte Global 2022 Gen Z & Millennial Survey mengamati lebih dari 23.000 Gen Z & milenial secara internasional, dan menemukan bahwa hampir setengah dari mereka menjalani hidup setiap harinya dari gaji ke gaji (paycheck to paycheck).

Terikatnya masyarakat produktif pada kewajiban memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah disebutkan pada penjelasan awal artikel inilah yang kadang membuat generasi muda sekarang merasa seperti tertinggal dari generasi-generasi sebelumnya dalam urusan tabungan pensiun. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh sebuah studi yang dilakukan oleh Center for Retirement Research di Boston College pada tahun 2021 yang berjudul “Millennials’ Readiness For Retirement”. Dalam studi penelitian tersebut mereka menemukan bahwa orang berusia 28 hingga 38 tahun di generasi sebelumnya telah berhasil membangun setidaknya lebih sedikit kekayaan daripada generasi pada usia yang sama untuk saat ini sebagai modal untuk tabungan pensiun.

Tips Mempersiapkan Tabungan Pensiun

Mempersiapkan tabungan pensiun lebih baik dilakukan sedini mungkin. Mempersiapkan tabungan pensiun juga artinya kita harus mulai memikirkan bagaimana cara mengelola pendapatan yang kita miliki kemudian menyisihkannya, sembari mempertimbangkan secara tepat kebutuhan penting lainnya. Berikut merupakan tips yang efektif untuk mempersiapkan tabungan pensiun bagi Gen Z & milenial:

1.    Buat Skala Prioritas yang Tepat

Usia produktif bukan hanya tentang bagaimana menghasilkan uang melalui pekerjaan yang kita lakukan, melainkan juga tentang bagaimana kita dapat membuat skala prioritas akan kebutuhan yang harus kita penuhi secara tepat. Mari kita evaluasi kembali baik-baik, jangan-jangan kebutuhan mingguan/bulanan yang selama ini kita anggap mendesak justru malah tidak terlalu mendesak, atau jangan-jangan selama ini secara tidak sadar kita sering menghabiskan uang pada hal-hal yang tidak perlu.

Sumber: freepik.com

Alih-alih memberi alasan healing, self reward, dan semacamnya pada diri sendiri,  Gen Z & milenial malah terjebak pada perilaku konsumtif dan gaya hidup yang hedonisme. Kebiasaan buruk semacam itu harus dihindari bila kita memang berkomitmen ingin mempersiapkan tabungan pensiun. Pergunakanlah uang pendapatan yang kita miliki sekarang untuk membeli dan membayar kebutuhan yang 'benar-benar relevan'. Pastikan bahwa yang jadi prioritas disini adalah kebutuhan yang sifatnya mampu menunjang aktivitas kita sehari-hari, dapat mendukung kenaikan jabatan pekerjaan kita, dan kebutuhan yang sifatnya memang darurat. Kurangi belanja kebutuhan yang dirasa tidak perlu!

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan skala prioritas untuk persiapan tabungan pensiun adalah sebisa mungkin jaga diri kita dari hutang, cicilan kredit, pinjaman online, paylater, ataupun skema serupa lainnya. Berdasarkan dari sekian banyaknya studi yang mempelajari tentang dampak psikologi dari perilaku berhutang, dua diantaranya yang saya baca adalah studi yang dilakukan oleh Howard Meltzer dkk pada tahun 2012 yang berjudul “The relationship between personal debt and specific common mental disorders” dan Stephen E. G. Lea dkk pada tahun 1995 yang berjudul “Psychological factors in consumer debt: Money management, economic socialization, and credit use”. Pada intinya penjelasan dari dua penelitian yang berbeda tersebut sama, yaitu ketika kita tidak mampu menahan diri dan tidak pintar mengelola uang dengan baik, perilaku berhutang yang kita lakukan dapat menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Bahkan perilaku jenis ini dapat menimbulkan risiko gangguan kejiwaan yang dapat berpengaruh pada kesehatan pola berpikir. Maka dari itu sebagai Nasabah Bijak dan bagian dari Penyuluh Digital, mari kita berusaha untuk menahan diri terhadap hasrat memiliki barang ini dan itu. Faktor kuat yang melatarbelakangi kenapa Gen Z & milenial kerap gagal dalam mempersiapkan tabungan pensiun salah satunya adalah karena sering berkutatnya mereka pada permasalahan hutang untuk melunasi cicilan kredit dan skema pinjaman online yang menjanjikan cara instan.

2.   Komitmen & Konsisten

Setelah membuat skala prioritas, langkah selanjutnya adalah tetapkan waktu untuk kapan memulainya. Kalau bisa sedini mungkin. Semakin lama jangka waktu yang kita punya untuk menabung di usia produktif, secara otomatis kita juga akan mempunyai jumlah tabungan pensiun yang lebih banyak. Mulailah dengan menyisihkan sebagian hasil pendapatan kerja kita sambil melakukan proyeksi pada target usia berapa kita akan pensiun nantinya, sehingga berapa lama waktu yang akan kita gunakan untuk menabung akan diperoleh.

Sumber: freepik.com

Seperti bunyi peribahasa terkenal yang sering kita dengar: “bersakit-sakit dahulu, berenang-renang ke tepian”. Peribahasa tersebut nampaknya cocok untuk mendeskripsikan perjuangan kita dalam mempersiapkan tabungan pensiun. Apalagi dengan pendapatan yang pas-pasan. Walaupun begitu, pendapatan pas-pasan bukan berarti menjadi alasan untuk tidak menabung. Agar memudahkan untuk mulai menabung, bank konvesional seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) dapat menjadi sarana referensi rekan-rekan untuk merencanakan tabungan pensiun. Kemudahan merencanakan tabungan pensiun di BRI sekarang telah didukung oleh program bank bernama DPLK. Program DPLK merupakan kependekan dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Program ini sangat berguna untuk memfasilitasi kita mempersiapkan tabungan pensiun. Program ini menawarkan cukup banyak kelebihan, diantaranya adalah: aman, akses luas, investasinya beragam & prudent, return yang optimal, pengelolaannya modern, biaya rendah, dan yang terpenting adalah transparan dan berpengalaman. Transparan dan berpengalaman disini sudah pasti menjamin uang kita aman untuk disimpan. Supaya keamanan tabungan pensiun kita terjamin dua kali lipat, sebagai Nasabah Bijak, kita juga harus selalu up to date terhadap modus penipuan dan pencurian data nasabah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Waspadai selalu gerak-gerik oknum yang mengatasnamakan BRI pada via chat ataupun telepon. Usahakan tidak memberikan data-data perbankan kita yang sifatnya pribadi pada seseorang sekalipun itu pada petugas bank. Proteksi data perbankan sedini mungkin juga sama pentingnya dengan mempersiapkan tabungan pensiun sedini mungkin. Dengan begitu data perbankan pribadi kita aman, menabung pensiun pun nyaman.

Sumber: Dok. BRI

Setelah kita mulai untuk menabung, niatkan untuk konsisten dan penuh komitmen! Sekilas hal ini gampang untuk dikatakan, namun secara konkret ini susah untuk dilakukan. Terkadang bagi Gen Z & milenial yang berpedapatan pas-pasan yaitu relatif pada angka 3 5 jutaan/bulan, ini menjadi sebuah ujian besar bagi kita. Bila tidak sanggup untuk mulai menabung dalam jumlah yang lebih besar, mulailah dari nominal yang lebih kecil. Bila nominal kecil tersebut bisa ditingkatkan tentunya itu jauh lebih bagus. Buatlah komitmen pada diri sendiri bahwa tabungan tersebut harus benar-benar direalisasikan untuk masa pensiun. Ubah mindset bahwa tabungan pensiun adalah beban! Jadikan tabungan pensiun ini sebagai bagian dari misi mulia untuk mensejahterakan diri kita di akhir masa tua nanti. Sesungguhnya kalau kita konsisten dan komitmen, niscaya manfaat luar biasa akan kita peroleh.

Contoh: Misalnya saat ini usia saya adalah 22 tahun. Aktivitas utama saya sekarang adalah berkuliah. Saya menaruh target bahwa dua tahun lagi di umur 24 tahun saya harus lulus kuliah, dan di umur yang sama saya targetkan juga untuk segera mendapatkan pekerjaan. Dalam kasus ini saya berencana pensiun di umur 73 tahun. Artinya bila kita kurangkan 73 – 24 = 49. Waktu mempersiapkan tabungan pensiun yang saya miliki adalah 49 tahun. Bila karir pekerjaan saya jalani dengan baik bersama niat menabung yang konsisten, maka diasumsikan bahwa gaji yang akan saya peroleh bersamaan dengan kenaikan jabatan kerja saya selama 49 tahun rata-ratanya adalah Rp7.500.000/bulan. Berdasarkan besaran rata-rata gaji tersebut saya ambil kira-kira 10% untuk tabungan hari tua atau pensiun. Estimasi jumlah tabungan pensiun yang akan saya miliki di usia 73 tahun nanti adalah sebesar:

Rp7.500.000 × 10% × 12 bulan × 49 tahun = Rp441.000.000

Perlu diingat bahwa contoh perhitungan di atas bukanlah acuan! disini saya hanya menyediakan perhitungan sederhana mengenai estimasi jumlah tabungan yang bisa diperoleh bila kita komitmen dan konsisten menabung perbulannya untuk tabungan pensiun. Implementasinya seperti apa dikembalikan lagi pada kondisi rekan-rekan sekalian.

3.   Menaikkan Target Pendapatan dan Mulai Berinvestasi

Apabila di tengah jalan kita merasa bahwa pendapatan yang kita sisihkan masih kurang cukup untuk tabungan pensiun, solusinya adalah menaikkan target pendapatan. Ketika gaji pekerjaan yang kita peroleh selama ini dinilai terlalu kecil untuk bisa dialokasikan kepada biaya hidup sehari-hari dan tabungan pensiun, kita dapat memilih opsi untuk memilih tempat kerja baru dengan standar gaji yang lebih baik dari sebelumnya. Bila tidak mampu pindah ke tempat kerja yang baru, opsi lain yang ditawarkan adalah membuka usaha sampingan yang dapat dijalani sendiri atau bersama keluarga di rumah yang sekiranya tidak mengganggu waktu pekerjaan utama kita. Pendapatan yang meningkat tentunya akan memberi harapan kepada kita untuk tetap survive dan mempersiapkan tabungan pensiun.

Sumber: unsplash.com

Menaikkan target pendapatan juga dapat dilakukan secara passive dengan berinvestasi. Kita juga dapat memilih beberapa instrumen investasi untuk menambah pendapatan demi tabungan pensiun. Kemajuan teknologi informasi seperti sekarang telah mendorong pada penyediaan fasilitas kegiatan investasi yang makin mudah melalui platform-platform yang dapat diinstal melalui gadget. Preferensi instrumen-instrumen investasi yang dapat kita pilih antara lain adalah seperti saham, reksadana, deposito, logam mulia, atau obligasi. Terbaru selain dari kelima intrumen tersebut adalah investasi aset crypto. Jenis investasi aset crypto juga sekarang sedang gencar diganderungi oleh Gen Z & milenial untuk memaksimalkan pendapatan yang diperoleh. Semua jenis instrumen investasi menjajikan keuntungan, tinggal bagaimana cara pengambilan keputusan kita memaksimalkan sumber daya yang ada. Pastikan bahwa asal semua risiko dan konsekuensi yang akan diperoleh telah kita pahami sebelumnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangat Semen Tonasa Mewujudkan Keberlanjutan Lingkungan Untuk Indonesia

Media Bermain Game Gadget Sebagai Bentuk Implementasi Bermain Anak di Era Globalisasi